ORGANISASI PERSATUAN
KANGOT PANTU
PANTUS
ALAMAT SEKRETARIAT :
JALAN RAYA NGABANG-SANGGAU KEC.NGABANG KAB.LANDAK
http://www.facebook.com/groups/kangotpantus/
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Dalam masyarakat Dayak,
dipercaya ada suatu makhluk yang disebut-sebut sangat agung, sakti, ksatria,
dan berwibawa. Sosok tersebut konon menghuni gunung-gunung dan pulo-pulo(hutan).
bersinggungan dengan alam gaib. Belanggok,
panglima
perang, guru, dan tetua yang diagungkan. Ialah belanggok dan pangkalima perang Dayak. BELANGGOK SINGA UDA MACAN DAMANG
yg biasa disebut SINGA MACAN,RAJA
MAWAS dan PANGLIMA PEK KACAI. yang disebut sakti
oleh orang Dayak pantu seratus. Adabanyak sekali versi cerita mengenai sosok
ini, terutama setelah namanya mencuat saat kerusuhan selibong dan sekayam,
dayak dan mandura.
Ada yang menyebutkan ia telah hidup selama beratus-ratus
tahun dan tinggal dipulo pantu dan ngedang. Ada pula kabar tentang BELANGGOK SINGA UDA MACAN DAMANG ,RAJA MAWAS dan PANGLIMA PEK KACAI. yang berwujud gaib dan bisa berbentuk , angin, air,
tumbuhan, binatang, atau manusia tergantung situasi. Juga mengenai sosok BELANGGOK
SINGA UDA MACAN DAMANG ,RAJA MAWAS dan PANGLIMA PEK KACAI. yang merupakan tokoh masyarakat Dayak pantu
seratus yang telah tiada, namun dapat rohnya dapat diajak berkomunikasi lewat
suatu ritual. Hingga cerita
yang menyebutkan ia adalah penjelmaan dari angin, air, tumbuhan, binatang.
namun ada satu versi yang menurut saya sangat pas
menggambarkan apa dan siapa itu sosok yang menggambarkan orang Dayak pantu
secara umum.
BELANGGOK SINGA UDA MACAN
DAMANG ,RAJA MAWAS dan PANGLIMA PEK KACAI. adalah perlambang
orang Dayak pantu seratus. Baik itu sifatnya, tindak-tanduknya, dan segala
sesuatu tentang dirinya.
Lalu bagaimanakah seorang BELANGGOK SINGA
UDA MACAN DAMANG ,RAJA MAWAS dan
PANGLIMA PEK KACAI itu,
bagaimana ia bisa melambangkan orang Dayak pantu seratus? Selain sakti dan
kebal, BELANGGOK SINGA UDA MACAN DAMANG ,RAJA MAWAS dan PANGLIMA PEK KACAI juga adalah sosok yang kalem, tenang, penyabar,
dan tidak suka membuat keonaran. Ini sesuai dengan tipikal orang Dayak yang
juga ramah dan penyabar, bahkan kadang pemalu.
Dan kenyataan di lapangan membuyarkan semua stereotipe
terhadap orang Dayak sebagai orang yang kejam, ganas, dan beringas. Dalam
kehidupan bermasyarakat, orang Dayak bisa dibilang cukup pemalu, tetap menerima
para pendatang dengan baik-baik, dan senantiasa menjaga keutuhan warisan nenek
moyang baik religi maupun
ritual. Seperti BELANGGOK SINGA UDA MACAN
DAMANG ,RAJA MAWAS dan PANGLIMA PEK KACAI yang bersabar dan tetap
tenang mendiami pedalaman, masyarakat Dayak pun banyak yang mengalah ketika
penebang kayu dan penambang emas memasuki daerah mereka. Meskipun tetap kukuh
memegang ajaran leluhur, tak pernah ada konflik ketika ada anggota
masyarakatnya yang beralih ke agama-agama yang dibawa oleh para pendatang. Riuh
rendah tak berubah menjadi ketegangan di ruang yang lingkup–yang oleh orang
Dayak pantu seratus.
Kesederhanaan pun identik dengan sosok BELANGGOK SINGA
UDA MACAN DAMANG ,RAJA MAWAS dan
PANGLIMA PEK KACAI. Walaupun
sosok yang diagungkan, ia tidak bertempat tinggal di istana atau bangunan yang mewah. Ia bersembunyi dan
bertapa di gunung dan menyatu dengan alam. Masyarakat Dayak pantu seratus pun
tidak pernah peduli dengan nilai nominal
uang. Para pendatang bisa dengan mudah berbarter barang seperti kopi, garam,
atau rokok dengan mereka.
BELANGGOK SINGA UDA MACAN
DAMANG ,RAJA MAWAS dan PANGLIMA PEK KACAI diceritakan jarang
menampakkan dirinya, karena sifatnya yang tidak suka pamer kekuatan. Begitupun
orang Dayak pantu seratus, yang tidak sembarangan masuk ke kota sambil membawa Mandau,tombak,
sumpit, atau panah. Senjata-senjata
tersebut pada umumnya digunakan untuk berburu di hutan, dan mandau tidak
dilepaskan dari lado’ (sarung) jika tak ada perihal yang penting atau mendesak.
Lantas di manakah budaya kekerasan dan keberingasan orang
Dayak yang santer dibicarakan dan ditakuti itu? Ada satu perkara BELANGGOK SINGA UDA MACAN DAMANG ,RAJA MAWAS dan PANGLIMA PEK KACAI turun
gunung, yaitu ketika setelah terus-menerus bersabar dan kesabarannya itu habis.
BELANGGOK SINGA UDA MACAN DAMANG ,RAJA MAWAS dan PANGLIMA PEK KACAI memang
sosok yang sangat penyabar, namun jika batas kesabaran sudah melewati batas,
perkara akan menjadi lain. Ia akan berubah menjadi seorang pemurka. Ini
benar-benar menjadi penggambaran sempurna mengenai orang Dayak yang ramah,
pemalu, dan penyabar, namun akan berubah menjadi sangat ganas dan kejam jika
sudah kesabarannya sudah habis.
BELANGGOK SINGA UDA MACAN
DAMANG ,RAJA MAWAS yang
terbangun atau murka akan segera
melompat terbang tinggi melebihi tinggi pepohonan dan menyebarkan beras banyu
kerumah-rumah penduduk dan melindunggi masyarakat dayak pantu seratus. sedang
kan dan PANGLIMA PEK KACAI yang turun dari gunung dan mengumpulkan
pasukannya. Ritual–yang di Kalimankan Barat dinamakan Mangkuk Merah–dilakukan
untuk mengumpulkan prajurit Dayak dari saentero Kalimantan. Tarian-tarian
perang bersahut-sahutan, mandau melekat erat di pinggang. Mereka yang tadinya
orang-orang yang sangat baik akan terlihat menyeramkan. Senyum di wajahnya
menghilang, digantikan tatapan mata ganas yang seperti terhipnotis. Mereka siap
berperang, mengayau–memenggal dan membawa kepala musuh. Inilah yang terjadi di
jaman ngayau silam, ketika pemenggalan kepala terjadi di mana-mana hampir di
tiap sudut kota.
Meskipun kejam dan beringas dalam keadaan marah, BELANGGOK SINGA UDA MACAN DAMANG ,RAJA MAWAS dan PANGLIMA PEK KACAI sebagaimana
halnya orang Dayak tetap berpegang teguh pada norma
dan aturan yang mereka yakini. Antara lain tidak mengotori kesucian tempat
ibadah–agama manapun–dengan merusaknya atau membunuh di dalamnya. Karena
kekerasan dalam masyarakat Dayak ditempatkan sebagai opsi terakhir, saat
kesabaran sudah habis dan jalan damai tak bisa lagi ditempuh, itu dalam sudut
pandang mereka. Pembunuhan, dan kegiatan mengayau, dalam hati kecil mereka itu
tak boleh dilakukan, tetapi karena didesak ke pilihan terakhir dan untuk
mengubah apa yang menurut mereka salah, itu memang harus dilakukan. Inilah
budaya kekerasan yang sebenarnya patut ditakuti itu.
Kemisteriusan memang sangat identik dengan orang Dayak pantu
seratus. Stereotipe ganas dan kejam pun masih melekat. Memang tidak semuanya
baik, karena ada banyak juga kekurangannya dan kesalahannya. Terlebih lagi
kekerasan, yang apapun bentuk dan alasannya–entah itu balas dendam, ekonomi,
kesenjangan sosial, dan lain-lain–tetap saja tidak dapat dibenarkan. Mata
dibalas mata hanya akan berujung pada kebutaan bagi semuanya. Terlepas dari
segala macam legenda dan mitos, atau nyata tidaknya tokoh tersebut, BELANGGOK SINGA UDA MACAN DAMANG ,RAJA MAWAS dan PANGLIMA PEK KACAI bagi saya
merupakan sosok perlambang sejati orang Dayak pantu seratus.
Penulis cerita : angga Taurus (persatuan kangot pantu)
Pencerita :PE’ MA’ TANGGO’, dan PE’ ANGGONG (mantan
tumanggong ngedang dan tebedak)